Marsha Timothy memberikan penampilan terbaiknya sebagai seorang wanita yang dihinggapi kegamangan. Raut wajahnya yang banyak disorot dalam film ini pun berhasil memvisualisasikan emosi hingga sampai ke bangku penonton.
Oka Antara sang aktor utama juga tak kalah memukau. Sebagai Gilang yang lebih banyak diam dibandingkan Ambar, Oka berhasil menghantarkan emosi dengan cara berbeda.
Sheila Dara pun berhasil memerankan Yuli dengan baik. Tanpa perlu gestur bombastis, Sheila mampu menampilkan kegelisahan Yuli yang jatuh cinta pada suami orang.
Tidak ketinggalan, jajaran pemain pendukung seperti Ayu Azhari, Nazyra C Noer, Jaden Ocean, dan Alleyra Fakhira juga menampilkan akting yang ciamik.
Hadirkan Berbagai Sudut Pandang Tentang Masalah Pernikahan
Satu lagi yang menjadi kelebihan Noktah Merah Perkawinan adalah menghadirkan berbagai sudut pandang dalam melihat sebuah permasalahan dalam pernikahan.
Film ini membawa penonton mengerti posisi Ambar, ikut merasakan sulitnya menjadi Gilang, atau tahu bagaimana perasan anak-anak korban konflik orang tua dari Bagas dan Ayu.
Sudut pandang beragam tersebut hadir tanpa berusaha menghakimi salah satu pihak. Justru, hal itu membuat penonton lebih paham bahwa dalam kehidupan, khususnya rumah tangga, kita harus melihat segala permasalahan dengan mata yang lebih luas.
Bahkan untuk urusan orang ketiga, film ini memilih memanusiakan Yuli yang kehadirannya kerap disebut sebagai perebut. Penonton dibuat mengerti bagaimana sebuah cinta juga bisa tumbuh di waktu dan orang yang tak tepat sekalipun.
Akhir kata, Noktah Merah Perkawinan layak menjadi salah satu film Indonesia terbaik tahun ini.
Film ini tidak hanya jadi bahan refleksi untuk mereka yang sudah menikah, tetapi juga bisa menjadi wejangan yang baik bagi yang belum memiliki niat menikah sekalipun.