Raden Ajeng Kartini saat itu memiliki cita-cita dan perjuangannya begitu berarti bagi pendidikan di bumi pertiwi. Sayangnya, kebanyakan perempuan saat kini hanya mengartikan bahwa R.A. Kartini sekadar pejuang emansipasi wanita dan banyak orang yang tidak mengetahui perjalanan R.A. Kartini menemukan Islam dan perubahan pola pikirnya. Perlu kita sadari bahwa apa yang diperjuangkan dan dicita-citakan dari sosok Kartini yaitu senantiasa mengangkat kesempurnaan dan kemuliaan wanita yang ingin kembali pada fitrahnya.
Terdapat beberapa kalangan yang masih mempertanyakan hak dan peran wanita di ruang publik dalam Islam.
Padahal lembaran-lembaran peradaban Islam banyak dipenuhi oleh kaum wanita dan telah menjadi percontohan sepanjang sejarah. Sebut saja misalnya, Fatima binti Muhammad Al Fihri (w. 880 M), pendiri universitas pertama di dunia dan Masjid al-Qarawiyyin di Fez Maroko. Ada juga Ummu Sultan (w. 1373 M) yang dikenal sebagai inisiator pembangunan pusat kajian (madrasah) yang mengajarkan empat mazhab fiqh.
Berkarya di era modern ini tentunya semakin mudah, ruang gerak makin luas bagi para puan untuk berkarya. Sejak dulu peran perempuan tidak kalah dibutuhkan sama halnya dengan laki-laki. Para perempuan khususnya aktivis Muslimah KAMMI sadar akan peran dan kewajibannya di muka bumi. Mereka bangkit lebih kokoh, berpikir konstruktif, menghasilkan langkah yang kreatif dan solutif, sehingga mampu menjawab tantangan zaman.
Annisa’ syaqaa-iq ar rijaal, perempuan adalah belahan laki-laki, begitulan ucapan Nabi SAW tentang perempuan. Hal ini menandaskan bahwa Islam menempatkan perempuan secara berdampingan dengan laki-laki dalam eksistensi, dalam menunaikan peran-peran kehidupannya, dan dalam hak dan kewajiban. Bahwa perjuangan meningkatkan kualitas hidup perempuan adalah perjuangan memperbaiki kualitas hidup separuh masyarakat. Dengan kata lain, perbaikan hidup perempuan tidak otomatis terwujud melalui perjuangan kualitas hidup laki-laki. Ia memiliki dunianya sendiri yang harus diperjuangkan olehnya sendiri.
Beruntungnya kita sebagai aktivis muslimah KAMMI, ruang tumbuh dan berkarya yang kita miliki sama saja dengan para aktivis laki-laki.