Berlarilah Dari Jerat Dunia, Sekuat Tenaga!

0
21

Semakin kaya banyak harta semakin kikir dibuatnya. Semakin tak ada rasa empati dan rasa iba sama sekali dalam dadanya. Si miskin yang datang, dia anggap sebagai penguat pijakan kesombongan. Saat orang lain minta bantuan, dia congkak tak kepayang merasa bahwa dasar si malas tak pernah mau berusaha.

Tidaklah sampai pikiran kita apa yang ada pada para sahabat pendahulu. Logika kita yang cekak lagi pendek bahkan mungkin setengah dungu. Hanya bisa berdecak kagum sampai tak ada lagi tersisa rasa kecuali malu. Dibanding fasilitas kita yang serba mewah, serba megah dan berlimpah, mereka bahkan tak pernah kenyang sekilipun hanya berhitung hari atau pekan. Saat mereka bisa membantu padahal mereka sendiri dalam keadaan buntu. Itu yang kita temukan dari para salaf yang kita kenang.

Baca Juga  Dunia Datang Gemetar dan Tersungkur

Suatu saat Rasulullah kedatangan tamu. Beliau yang belum memenuhi kebutuhan keluarga hari itu, menawarkan jikalau ada sahabatnya yang berlapang rezeki larut malam itu. Tawaran Rasul berjawab tak perlu menunggu menit. Abu Thalhah semoga hidup dan matinya memancarkan berkah, juga teruntuk kita yang dahaga meneguk hikmah. Padahal diapun tak punya persediaan makanan, kecuali untuk banyinya yang tidur malam itu dalam kelaparan. Dia matikan lampu lalu dia seolah makan berhadapan dengan sang tamu. Inilah yang membuat seluruh penghuni langit bumi sampai kiamat nanti termangu, seolah ini tak aka ada ide gila setelah itu.

Tak pernah habis-habisnya nabi terus mewanti-wanti. Tentang hina dunia yang menipu. Harganya hina, nilainya tak seberapa. Bahkan Nabi menyamakan dunia dengan bangkai semata. Tak ubahnya bangkai menebar aroma busuk menusuk-nusuk seluruh tubuh. Tubuh yang pasti juga akan rapuh terurai tanah. Dikubur dalam hina tak berharga.