***
Media sosial dan perempuan public figure adalah dua kombo menarik karena tantangan dan nuansa baru yang dimunculkannya.
Makin banyak perempuan public figure yang naik di kancah politik dan pemerintahan, bertemu dengan ingar-bingar era medsos yang makin setiktok itu. Klop. Apalagi di tahun politik seperti sekarang.
Perempuan masih menghadapi stigma dan penyulit khas perempuan yang membuatnya butuh sebanyak mungkin support system. Di sisi lain media sosial adalah sarana kampanye dan branding termurah. Bagi yang telat menyadari itu, ya silakan berkutat di kampanye tradisional saja.
Ga banyak perempuan public figure, khususnya di politik pemerintahan, yang bisa dijadikan contoh sukses nelateni media sosial. Jadi, iya, saya termasuk yang menyesalkan mengapa Mbak Nunik harus tutup akun. Banyak politisi yang tersandung kasus, ditahan, begitu keluar penjara sudah nyengir lebar dan nongol di acara talkshow. Angelina Sondakh rada beda karena muncul pasca bebas dari bui lebih banyak nangisnya. Perempuan banget.
Walau pada akhirnya dimafhumi, apalagi Mbak Nunik sedang mengandung anak kedua. Netizen Indonesia yang terkenal kejam dan “serangannya” bisa jadi pisau bermata dua. Bisa lebih ampuh dari otoritas aparat, namun juga bisa terjebak jargon-jargon ala #SaveAudrey lalu menghinakan orang yang salah.
Tabik.