Presidential Lecture Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc. di Kongres XIX & Konfernas XX PERHEPI

0
15

Selain tantangan produktivitas, Prof. Bustanul juga menyoroti pentingnya pembangunan pertanian yang berkelanjutan di tengah ancaman perubahan iklim. Beliau menjelaskan bahwa fenomena El-Nino 2023 telah menyebabkan penurunan produksi beras hingga 800 ribu ton, yang memicu lonjakan harga hingga mencapai Rp15.000/kg.

“Sektor pertanian masih menjadi salah satu penyumbang gas rumah kaca (GRK) terbesar, terutama dari metode budidaya padi dengan sistem genangan, penggunaan pupuk kimia berlebihan, serta pembakaran jerami,” ungkapnya. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan inovatif seperti penerapan pertanian regeneratif, teknologi hemat air, serta optimalisasi pupuk hayati dan organik untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan ketahanan sektor pertanian.

Beliau juga menggarisbawahi pentingnya reforestasi dan praktik agroforestri dalam menjaga keseimbangan ekosistem pertanian, serta perlunya regulasi yang lebih tegas untuk menghindari eksploitasi lahan pertanian secara berlebihan yang dapat berdampak negatif terhadap keberlanjutan sumber daya alam.

Baca Juga  Lazdai Peduli Bersama Sekolah SDS Citra Bangsa Gelar Dongeng Ceria

Dalam aspek kesejahteraan petani, Prof. Bustanul menyoroti bahwa mayoritas petani Indonesia masih mengalami keterbatasan akses terhadap pasar, teknologi, dan pembiayaan, yang menyebabkan mereka rentan terhadap fluktuasi harga dan perubahan ekonomi global.

Di tingkat makro, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2024 masih mencapai 24,06 juta jiwa (8,57%), dengan mayoritas berada di perdesaan. Ketimpangan pendapatan juga terus meningkat, memperburuk kondisi ekonomi petani kecil yang masih bergantung pada sistem distribusi yang belum berpihak kepada mereka.

1. Reformasi kebijakan penyuluhan dan inovasi pertanian agar lebih efektif dalam mendukung petani dalam adopsi teknologi baru.