Membaca Al-Qur’an : Antara Keindahan Suara dan Kebenaran Tajwid

0
47

Di tengah masyarakat, sering kali terjadi kesalahpahaman dalam menilai kualitas bacaan Al-Qur’an. Tidak jarang, penilaian itu semata-mata didasarkan pada kemerduan suara dan keindahan nada yang dilantunkan, tanpa memperhatikan kebenaran pengucapan huruf sesuai kaidah tajwid. Padahal, tajwid merupakan inti dari bacaan Al-Qur’an yang benar, sedangkan keindahan suara hanyalah pelengkap.

Fenomena ini terlihat dalam berbagai acara, baik lomba tilawah maupun pembacaan Al-Qur’an di masjid. Banyak orang terpukau oleh irama dan kelunakan suara qari, namun jika diteliti, terkadang terdapat kesalahan pada makhraj, sifat huruf, atau hukum-hukum tajwid. Kesalahan seperti ini dapat merusak makna ayat dan mengurangi keabsahan bacaan.

Para ulama telah menegaskan bahwa bacaan yang benar adalah bacaan yang sesuai dengan kaidah tajwid yang diwariskan secara sanad dari para qurra’ hingga Rasulullah. Adapun suara merdu adalah hiasan yang menambah kekhusyukan pendengar, namun tidak boleh mengalahkan kewajiban menjaga kebenaran bacaan.

Baca Juga  Rasulullah SAW, Inspiring Leader

Pandangan ini dikuatkan Syeikh Dr. Aiman Rusydi Suwaid tentang membaca Al-Qur’an dengan lagu ia menganggap bacaan Al-Qur’an tidak boleh dibuat seperti nyanyian, karena Al-Qur’an adalah firman Allah, bukan untuk dihibur-hibur. Beliau menekankan bahwa tujuan dari menghiasi Al-Qur’an dengan suara yang indah adalah agar hati dapat mendengarkan dan memahami maknanya serta menaati Allah, bukan untuk menjadikannya alat nyanyian.

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :

‏لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ

“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan Al-Qur’an.” (HR. Abu Daud no. 1469)