Lato-Lato Salafy

0
117

Salafy Berperan dalam Melanggengkan Rezim-rezim Anti Palestina

Model Terapan: Kasus Mesir pada 1970-an:. Tepatnya pada era Presiden Anwar Sadat. Ketika itu, Sadat yang terpojok karena menandatangai perdamaian dengan Israhell, terutama dari gerakan masyarakat bernama Ikhwanul Muslimin.

Dalam rangka mengahadapi IM, Sadat meminta Salafi Saudi, untuk menjadi gerakan antitesa terhadap perlawanan rakyat yang dikomando Ikhwanul Muslimin. Sejatinya, Salafy di Mesir sudah eksis sejak tahun 20-an, namun Sadat menjalin hubungan langsung dengan intelijen Saudi, untuk membuka jalan bagi transfer “ideologi” Salafisme baru (bukan Salafy yang esksi di Mesir). Mark Curtis, berdasarkan dokumen intelijen Inggris, menegaskan dalam bukunya “The Secret of History” bahwa Sadat menjalin hubungan rahasia dengan kepala intelijen Saudi, Kamal Adham, yang membentuk perjanjian Mesir-Saudi yang baru.‎

Baca Juga  PENYULUH SOBAT PETANI PRINGSEWU BERBAGI SAYURAN UNTUK DHUAFA DAN BURUH TANI

Tak lama berselang, Abdel Moneim Aboul Fotouh, ketua Kelompok Islamis di universitas-universitas Mesir mengatakan bahwa Salafisme Saudi telah “menganeksasi” program-progam “Islamisasi kampus” di universitas-universitas Mesir. Caranya sama: melalui buku-buku gratis yang berasal dari Arab Saudi dalam jumlah ribuan, bonus perjalanan haji dan umrah. Hasilnya, mahasiswa-mahasiswa bersangkutan, kemudian saat kembali telah berubah menjadi “syekh Salafi”.

Terhitung, Sadat sukses mencapai targetnya: membenturkan Salafisme dengan aktivis-aktivis gerakan Islam di kampus-kampus, tak lama berselang dari kehadiran Salafisme Saudi tersebut. Pada akhirnya mudah ditebak, faksi-faksi dan friksi memanas. Gerakan-gerakan aktivis Islam di kampus-kampus Mesir terberai: ada aktivis Islam yang pro IM dan ada yang pro Salafy Saudi yang anti dan menjadi musuh bagi gerakan IM. Pun demikian, Salafy pun mengalami pecah: ada salafy Jihadis dan ada Salafy murni keilmuan.

Baca Juga  Unila Luncurkan Inovasi Pupuk Organik Cair Berbasis Bioenergi di Desa Hanura

Salafy ilmi yang murni keilmuan pun terpecah lagi menjadi beberapa faksi. Ada generasi Salafi yang membentuk Jamaah Dakwah Salafiyah di Alexandria, dan ada yang membentuk Harakah Salafiyah di Kairo. Plus ketiga, tokoh-tokoh Salafy dan para da’i Salafy yang memilih independen, karena beranggapan “haram” hukumnya membentuk organisasi atau jamaah. Kelompok ini sering disebut sebagai “komunitas Salafy”, yang berbeda pada setiap desa atau kecamatan ketika itu.

Selain konflik di kalangan internal Salafy sendiri, khususnya setelah muncul gerakan Salafy Madkhali, Salafy pun tak bisa menghindari membuka konfrontasi dengan Al-Azhar Asy-Syarif yang berakidah Asy’ariyah. Tidak termasuk konflik dengan masyarakat awam, yang dijuluki oleh Fathi Utsman Wakil Jamaah Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah di Mesir, “99 % umat Islam berada dalam kubangan Jahiliyah, baik dari segi amal, akidah, maupun akhlaknya.”