Dunia Datang Gemetar dan Tersungkur

0
14

Kalimat yang membuat telinga si raja Romawi ini panas terbakar. : “aku akan membunuhmu.” Emosinya tak terbendung menusuk-nusuk jantung. : “Selamat datang kematian, ahlan wasahlan.” sambut Abdullah dengan riang tergambar sumringah dengan wajah yang cerah menyambut cita-cita semua orang yang tinggi iman.

Melihat kebahagiaan memenuhi seluruh wajahnya yang kegirangan. Si Romawi masih kalap, mengharap keberuntungan pikirannya mengira apa yang ia lihat hanya sebuah gertakan kosong. Ia tak habis akal menggertak balik lebih mengerikan. : “Ceburkan satu tawanan ke minyak mendidih, agar manusia hina ini tau akibat dari kedunguan menolak tawaranku”. Perintah Romawi.

Sahabat Abdullah ibn Hudzafah benar-benar melihat jasad sahabatnya diceburkan ke dalam kuali, kulitnya mengelupas, daging-dagingnya terlepas, hingga tulang belulangnya matang di atas penggorengan. Ia menangis, tak tertahan air matanya menetes. Hatinya teriris-iris melihat perihnya siksaan ditimpakan kepada Iman sahabat.

Baca Juga  Ketua SJP Unila Bentangkan Bendera Palestina Saat Wisuda, Suarakan Solidaritas untuk Palestina

Romawi melihat ada celah ia berdialog kembali, memastikan sahabat Muhammad ini ketakutan melihat siksa yang merontokkan tulang-tulang. : “Apakah kamu takut?” Suara Romawi memastikan. : “Tidak!!!” Jawabannya menohok. : “Justru aku menangis kenapa aku hanya punya satu nyawa? Seandainya aku punya seribu nyawa lalu satu persatu pergi dari jiwa ini di atas penggorengan ini alangkah indahnya kematianku.”

Adakah dunia hari ini merunduk seperti merunduknya kepada sahabat yang satu ini? Atau dunia menundukkan kita seraya kita tersungkur di hadapannya menghina? Padahal dunia adalah kerendahan, kehinaan dan kotoran yang tak ada harga di hadapan akhirat mereka yang mencari ketinggian kemuliaan.