Dunia Datang Gemetar dan Tersungkur

0
14

“Kekuasaanku meluas Barat. Pasukanku kokoh begitu kuat. Gaung namaku terdengar di seluruh antero jagat. Tak akan ada peradaban lain yang akan sanggup menyerang dan mendekat. Melainkan mereka akan terbelenggu dengan kaki dan tangan terikat. Aku akan serahkan kerajaan ini separohnya untuk dirimu. Kita akan bagi kekuasaan ini sehingga kita akan sama-sama menguasainya.” Begitulah kira-kira tawaran Raja Romawi kepada Sahabat Mulia Abdullah Ibn Hudzafah As-Sahmi yang tengah terikat tangan dan kakinya saat tertawan dalam peperangan melawan kezaliman peradaban Barat.

Ini gambaran saat dunia datang terhinakan di bawah kaki ringkih para Sahabat Nabi saat itu. Padahal sahabat Nabi itu sedang terikat dan terbelenggu. Namun kekuasaan dan kesombongan ciut di hadapan kokohnya iman dalam dada mereka.

Baca Juga  Peta Baru Persepsi Publik 2024: Bisnis Memimpin, Pemerintah Tertinggal

Tak ada kepentingan berarti bagi para sahabat Nabi dengan kekuasaan. Apalagi kekuasaan yang berlumur kezaliman. Tak seperti zaman setelahnya, semua tunduk dan gemetar di bawah kekuasaan yang berlumpur dengan kotoran. Sehingga semua orang mendekat takut, menjilat dan pamer kedekatan dengan penguasa lalim.

Mendengar kesombongan si Romawi ini, Abdullah ibn Hudzafah hanya tersenyum tipis, senyum manis sebagai pesan sinis. Respon yang spontan terhadap tawaran “murahan” yang orang kafir anggap sebuah kebanggan dan prestasi besar. : “Jangankan separoh kerajaanmu, seandainya kau serahkan seluruh kerkukuasaanmu”. Di sini kita paham apa yang Abdullah maksudkan. Tidak akan mungkin bangsa yang rakus kekuasaan menyerahkan kekuasaannya. Toh hidupnya orang kafir hanya menginginkan harta dunia yang rendahan semata. : “lalu kekuasaan raja-raja Arab seluruhnya, tak akan sekejap mata aku menukarkan Iman dan Agama kenabian Muhammad sampai kapan pun”. Abdullah masih saja melanjutkan kalimatnya : ”seluruh bumi sekalipun”.

Kalimat yang keluar dari mulut berani saat ia tergantung di tiang salib menunggu eksekusi mati. Ini ia ucapkan sebagai bentuk mengunci pembicaraan orang kafir yang menawarkan kebanggan pada tawaran murahan yang tidak punya harga di depan Iman yang agung menggunung dalam dadanya.