Site icon Informasi Berita Rujukan Masyarakat Lampung

Dunia Datang Gemetar dan Tersungkur

“Kekuasaanku meluas Barat. Pasukanku kokoh begitu kuat. Gaung namaku terdengar di seluruh antero jagat. Tak akan ada peradaban lain yang akan sanggup menyerang dan mendekat. Melainkan mereka akan terbelenggu dengan kaki dan tangan terikat. Aku akan serahkan kerajaan ini separohnya untuk dirimu. Kita akan bagi kekuasaan ini sehingga kita akan sama-sama menguasainya.” Begitulah kira-kira tawaran Raja Romawi kepada Sahabat Mulia Abdullah Ibn Hudzafah As-Sahmi yang tengah terikat tangan dan kakinya saat tertawan dalam peperangan melawan kezaliman peradaban Barat.

Ini gambaran saat dunia datang terhinakan di bawah kaki ringkih para Sahabat Nabi saat itu. Padahal sahabat Nabi itu sedang terikat dan terbelenggu. Namun kekuasaan dan kesombongan ciut di hadapan kokohnya iman dalam dada mereka.

Tak ada kepentingan berarti bagi para sahabat Nabi dengan kekuasaan. Apalagi kekuasaan yang berlumur kezaliman. Tak seperti zaman setelahnya, semua tunduk dan gemetar di bawah kekuasaan yang berlumpur dengan kotoran. Sehingga semua orang mendekat takut, menjilat dan pamer kedekatan dengan penguasa lalim.

Mendengar kesombongan si Romawi ini, Abdullah ibn Hudzafah hanya tersenyum tipis, senyum manis sebagai pesan sinis. Respon yang spontan terhadap tawaran “murahan” yang orang kafir anggap sebuah kebanggan dan prestasi besar. : “Jangankan separoh kerajaanmu, seandainya kau serahkan seluruh kerkukuasaanmu”. Di sini kita paham apa yang Abdullah maksudkan. Tidak akan mungkin bangsa yang rakus kekuasaan menyerahkan kekuasaannya. Toh hidupnya orang kafir hanya menginginkan harta dunia yang rendahan semata. : “lalu kekuasaan raja-raja Arab seluruhnya, tak akan sekejap mata aku menukarkan Iman dan Agama kenabian Muhammad sampai kapan pun”. Abdullah masih saja melanjutkan kalimatnya : ”seluruh bumi sekalipun”.

Kalimat yang keluar dari mulut berani saat ia tergantung di tiang salib menunggu eksekusi mati. Ini ia ucapkan sebagai bentuk mengunci pembicaraan orang kafir yang menawarkan kebanggan pada tawaran murahan yang tidak punya harga di depan Iman yang agung menggunung dalam dadanya.

Kalimat yang membuat telinga si raja Romawi ini panas terbakar. : “aku akan membunuhmu.” Emosinya tak terbendung menusuk-nusuk jantung. : “Selamat datang kematian, ahlan wasahlan.” sambut Abdullah dengan riang tergambar sumringah dengan wajah yang cerah menyambut cita-cita semua orang yang tinggi iman.

Melihat kebahagiaan memenuhi seluruh wajahnya yang kegirangan. Si Romawi masih kalap, mengharap keberuntungan pikirannya mengira apa yang ia lihat hanya sebuah gertakan kosong. Ia tak habis akal menggertak balik lebih mengerikan. : “Ceburkan satu tawanan ke minyak mendidih, agar manusia hina ini tau akibat dari kedunguan menolak tawaranku”. Perintah Romawi.

Sahabat Abdullah ibn Hudzafah benar-benar melihat jasad sahabatnya diceburkan ke dalam kuali, kulitnya mengelupas, daging-dagingnya terlepas, hingga tulang belulangnya matang di atas penggorengan. Ia menangis, tak tertahan air matanya menetes. Hatinya teriris-iris melihat perihnya siksaan ditimpakan kepada Iman sahabat.

Romawi melihat ada celah ia berdialog kembali, memastikan sahabat Muhammad ini ketakutan melihat siksa yang merontokkan tulang-tulang. : “Apakah kamu takut?” Suara Romawi memastikan. : “Tidak!!!” Jawabannya menohok. : “Justru aku menangis kenapa aku hanya punya satu nyawa? Seandainya aku punya seribu nyawa lalu satu persatu pergi dari jiwa ini di atas penggorengan ini alangkah indahnya kematianku.”

Adakah dunia hari ini merunduk seperti merunduknya kepada sahabat yang satu ini? Atau dunia menundukkan kita seraya kita tersungkur di hadapannya menghina? Padahal dunia adalah kerendahan, kehinaan dan kotoran yang tak ada harga di hadapan akhirat mereka yang mencari ketinggian kemuliaan.

Mari kita lihat sekali lagi saat dunia seisinya gemetar di hadapan ketinggian dan izzah muslimin. Peradaban yang hari ini sombong saat itu adalah penguasa kampung yang mengemis belas kasihan kelemahlembutan dan kesahajaan raja-raja muslimin.

Dari George II raja Inggris, Swedia dan Norwegia kepada Khalifah Islam, pemimpin kaum Muslimin negeri Andalusia, pemilik keagungan dan ketinggian kemuliaan, Khalifah HISYAM III, yang berkedudukan tinggi dan mulia tiada tara. Setelah ta’dzim (pengagungan) dan tawqir (penghormatan).

Kami memberitahukan kepada Anda bahwa kami telah mendengar tentang kemajuan pesat “mata air yang jernih” berupa universitas-universitas ilmu pengetahuan dan industri-industri yang maju di negeri anda yang makmur dan sejahtera…. Maka kami ingin mengirim putera-putera kami agar bisa mengambil contoh dari keutamaan-keutamaan kalian, dan agar hal ini menjadi awal yang baik dalam meneladani jejak-jejak kalian, untuk menyebarkan cahaya ilmu pengetahuan di negeri kami yang diliputi gelapnya kebodohan dari empat penjurunya. Kami jadikan keponakan kami, PRINCESS DUBANT sebagai pemimpin delegasi dari para putri pembesar kerajaan Inggris untuk mendapat kehormatan dengan bisa “mengecup bulu mata singgasanamu” dan mengais kasih sayangmu. Hal itu agar dia dan teman-teman wanitanya menjadi pusat perhatian keaguangan anda. Dan kami bekali PUTERI MUNGIL KAMI, dengan hadiah kecil lagi sederhana untuk kedudukan anda yang tinggi lagi mulia. Kami memohon kemuliaan anda untuk menerimanya dengan kami aturkan penghormatan, dan cinta yang tulus. Dari pelayanmu yang patuh dalam ketundukan ketaatan. GEORGE II Raja Inggris, Swedia dan Norwegia.

Oleh: Muhammad Khumaidi

Exit mobile version