Sinergi Dakwah Profesional, Kultural dan Struktural

0
60

Maka meskipun saat reformasi, Golkar dan pak Harto, yang juga merupakan ketua dewan Pembina, dituding yang paling bertanggung jawab terpuruknya kondisi bangsa, tetapi Golkar masih kuat dan berhasil bertahan di posisi nomor dua pada pemilu 1999. Tentu karena cengkeramannya terhadap tiga sektor diatas belum sepenuhnya lepas.

Belajar dari Golkar jaman awal sebelum reformasi penguatan pada kelompok profesional birokrat, maupun kelompok kultural seperti budayawan, pengusaha dan ulama menjadi sesuatu yang penting dan perlu. Selain tentunya penguatan pada kelompok struktural.
Selama ini, penguatan pada kelompok profesional dan struktural sudah dilakukan, tetapi untuk kelompok kultural belum mendapatkan perhatian serius. Padahal kelompok ini bila dikelola dengan serius bisa memberikan sumbangsih yang besar, karena ladang nya luas. Tetapi memang yang menggarap lahan ini harus tidak berbau struktural. Sebab bagaimanapun juga, struktural akan memiliki atau membuat sekat. Betapapun sekat itu mungkin setipis kulit ari tapi tetaplah itu sekat namanya.

Baca Juga  Refleksi Hari Kartini, Perempuan Kammi Bandar Lampung : Jadilah Sosok Muslimah Yang Menjaga Agama Serta Harga Diri

Apa yang disebut masyarakat kultural pada hakikatnya adalah masyarakat multikultural, yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok budaya, etnis, agama, profesi dan tradisi yang berbeda-beda.