Perlucutan Senjata

0
64

Tidak hanya di Surabaya, perang melawan sekutu meletus di mana mana, seluruh pulau Jawa khususnya dan tempat lain di Indonesia karena menolak perintah sekutu untuk melucuti senjata para pejuang kemerdekaan. Dengan tetesan darah para pejuang merampas senjata balatentara Jepang yang kalah perang, lantas mana mungkin para pejuang kemerdekaan dengan sukarela dan kepala tunduk menyerahkan senjata itu kepada tentara Inggris yang dibelakangnya ada gerombolan NICA?
Tentu tidak!
Karena ini bukan masalah kehormatan tapi ini masalah kemerdekaan bangsa.
Bangsa kita cinta damai, tapi lebih cinta kemerdekaan.

Ada pepatah Jawa yang mengatakan, “Sakdumuk bathuk senyari bumi, ditohi pati,” yang artinya “meskipun hanya (secoreng noda di dahi)
atau seujung kuku (tanah), yang direbut, maka akan dibela sampai mati”. Ungkapan ini menggambarkan semangat pantang menyerah dalam mempertahankan harga diri dan tanah air, meskipun hanya sedikit yang tersisa.

Baca Juga  LANGKAH STRATEGIS PENGELOLAAN DANA APBN PADA SATKER WILAYAH PEMBAYARAN KPPN BANDAR LAMPUNG  

Peristiwa dan pepatah Jawa diatas tentu mengingatkan kita tentang bagaimanalah rasanya sakit hati di dada para pejuang Hamas yang bertahun tahun berperang melawan penjajah Israel tiba tiba dari gedung PBB negara-negara Arab tetangganya seperti Mesir, KSA (kerajaan Saudi Arabia), Qatar dan didukung oleh 17 negara dan Liga Arab serta Uni Eropa pada 30 Juli 2025 lalu mendeklarasikan perlucutan senjata Hamas dan menyerahkan senjata tersebut kepada pemerintah otorita Palestina. Agar dapat memberi jalan bagi terwujudnya sulusi dua negara di tanah Palestina. Yaitu negara Israel dan negara Palestina.

Masalahnya adalah para negara deklarator tersebut seolah matanya kero (strabismus), tidak bisa melihat dengan jelas, sehingga hanya berani menekan para pejuang Hamas tetapi tidak berdaya menekan Israel yang sampai detik ini selalu menolak solusi dua negara. Bahkan sejak resolusi PBB no. 181 dikeluarkan pada tahun 1947. Ini timpang bukan?