Kerakusan dan Kepongahan Penguasa digulung Lapar dan Harga Diri Rakyat.
Pati, Kabupaten terletak di Pantai Utara Jawa Tengah dengan Luas Wilayah sekitar 1.500 km2 berpenduduk lebih dari 1,3 juta jiwa. Pekan ini telah kembali mengulang sejarah perlawanan. Dulu zaman kolonial Belanda perlawanan dipimpin oleh seorang tokoh yang bernama SAMIN, maka kemudian pemerintah kolonial Belanda menamainya dengan Gerakan Samin. Gerakan perlwanan tanpa kenal kompromi.
Pekan ini momentum perlawanan itu muncul dengan dipicu oleh dua hal yaitu: pertama kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan sebesar 250% yang mendapatkan penolakan keras dari masyarakat, dengan menggelar dialog dan demonstrasi kepada Bupati. Kedua dipantik oleh ucapan Bupati Pati, Sudewo saat masyarakat menyampaikan aspirasinya “silahkan demo, mau 5000 massa 50.000 massa saya tidak takut, keputusan yang sudah saya ambil tak akan berubah”.
Rabu 13 Agustus 2025 lebih dari 100.000 orang kumpul demo besar di Kantor Bupati Pati, tuntutannya tak lagi soal Pajak, akan tetapi menuntut Bupati Sudewo mundur dari jabatannya. Kemudian sebagian massa “memaksa” anggota DPRD Pati untuk mengadakan Sidang Paripurna membentuk Pansus Pemakzulan Bupati Sudewo.
Demo besar ini diliput berbagai media, dan viral oleh netizen pada berbagai plarform medsos, berbagai gambar, tulisan dan vidio. Suasana kecewa, marah, lapar tak hanya dilampiaskan kepada Bupati dan ASN Pati, akan tetapi juga dilampiaskan kepada aparat kepolisian yang menjaga agar suasana tetap kondusif. Namun kemarahan itu tak terbendung sehingga ada anggota polisi yang terluka akibat lemparan dan pukulan massa.