Banyak di antara mereka yang dikenal memiliki perilaku sopan santun, taat beribadah, dan bahkan hafidz Al-Qur’an. Namun, Hoja Temel juga mencatat adanya tantangan yang dihadapi oleh sebagian pelajar tersebut, terutama terkait pengaruh pergaulan dan kondisi sosial di Turki yang turut mempengaruhi perilaku mereka.
Menurutnya, perubahan tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pemahaman Islam yang mendalam selama masa mereka di pesantren. Temel menjelaskan bahwa sebagian besar pelajar tersebut menerima ilmu agama secara “taqlid” atau mengikuti tradisi tanpa pemahaman yang mendalam. Hal ini menjadikan mereka lebih bergantung pada aturan yang ada di lingkungan pesantren, bukan pada kesadaran penuh akan makna dan tujuan ajaran Islam itu sendiri.
Menanggapi hal ini, Hamidiye Kulture ve Egitim Vakfi berperan aktif untuk menjaga dan memperkuat pemahaman agama, ilmu, dan akhlak mulia di kalangan pelajar Indonesia di Turki. Mereka berkomitmen untuk memastikan bahwa pelajar-pelajar tersebut tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga mengamalkan ajaran Islam yang benar, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an, seperti yang tercantum dalam Surah Ali Imran ayat 104, yang mendorong umat untuk menyeru kepada kebaikan, menyuruh yang makruf, dan mencegah yang mungkar.