Dauroh PPSTQ M. Natsir Dorong Revolusi Adab, Ketua MUI : Santri Harus Diajarkan Hormat dan Ta’zim

0
24

Lampung Selatan – Pondok Pesantren Salafiyah Tahfidzul Qur’an (PPSTQ) Muhammad Natsir, Dewan Da’wah Lampung, menggelar Dauroh bagi para ustadz dan ustadzah dengan tema “Mengaplikasikan Akhlaqul Karimah di Era Disrupsi”. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, 8–10 Juli 2025, dan diikuti oleh sekitar 55 pendidik dari berbagai lembaga pendidikan Islam di wilayah Lampung Selatan.

Acara dibuka oleh Ansori, Sekretaris Dewan Da’wah Lampung, yang menekankan pentingnya amanah dan tanggung jawab dalam mendidik. Ia mengingatkan bahwa tugas para pendidik bukan hanya mentransfer ilmu, tapi juga menjadi teladan dalam amar ma’ruf nahi munkar.

“Ikhlaslah dalam mendidik dan berdakwah, niscaya lahir dai sejak dini,” pesannya.

Baca Juga  Dewan Dakwah Lampung, Digipren, dan Wawai Media Bersinergi Gelar Pelatihan Media dan AI : Tingkatkan Kapasitas Dakwah dan Publikasi di Era Digital

Sebagai pemateri utama, Ahmad Habib, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Lampung Selatan, menyampaikan materi terkait dasar-dasar penerapan adah santri. Beliau menyampaikan bahwa keberhasilan pendidikan berawal dari akhlak.

“Santri harus diajarkan untuk menghormati orang tua dan ta’dzim kepada guru. Itulah kunci sukses dunia dan akhirat,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan para ustadz dan ustadzah untuk mulai menanamkan adab dari diri sendiri dan keluarga.

“Jika kita ingin santri kita berakhlak, kita sebagai pendidik harus terlebih dahulu mengamalkan adab dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.

Direktur PPSTQ Muhammad Natsir, Eko Susanto, menjelaskan bahwa kegiatan ini diadakan sebagai respon atas kekhawatiran masyarakat terhadap krisis adab di era modern.

Baca Juga  TK Dewan Dakwah Lampung Gelar Wisuda Angkatan ke II, Penampilan Siswa Menarik Perhatian Masyarakat Sekitar

“Banyak orang tua kini menitipkan anaknya ke pesantren karena ingin anaknya tumbuh dengan akhlak yang baik dan peka terhadap lingkungan sosial,” jelasnya.

Dauroh ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk memperkuat pendidikan karakter di lingkungan pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya, sebagai benteng moral di tengah arus disrupsi nilai dan budaya.