Bandar Lampung — Siswa generasi Z sering menghadapi beberapa tantangan dalam memahami matematika. Mereka cenderung sangat tergantung pada teknologi, yang meskipun dapat membantu, sering kali mengurangi pengembangan pemahaman konseptual yang mendalam. Selain itu, kurangnya ketertarikan dan kesulitan memahami konsep abstrak seperti aljabar atau geometri juga menjadi masalah umum. Keterbatasan perhatian dalam menghadapi pembelajaran matematika yang membutuhkan fokus yang lama, serta kurangnya keterampilan komputasi dasar, seperti menghitung secara manual, juga berkontribusi terhadap kesulitan mereka dalam memahami matematika secara menyeluruh. Hal ini tak jarang dirasakan oleh orang tua di rumah, khususnya para bunda. Mereka yang biasanya memberikan keleluasaan kepada anak untuk dapat belajar mandiri, lama-lama juga merasakan adanya penurunan dalam hal pemahaman anak mengenai matematika.
Meski matematika tidak bisa dijadikan standar kepintaran anak, namun matematika menjadi mata pelajaran yang membekali anak-anak dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Oleh karena itu, perlu panduan praktis mengenai strategi yang tepat bagi anak dalam praktik belajar matematika terutama di rumah. Hal ini bertujuan agar para bunda dapat ikut mendampingi dan mengetahui beberapa cara yang bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan anak.