Namun, hingga kini Niatus mengaku belum ada pengakuan langsung dari orangtuanya, terutama ayahnya.
Sementara ia mengaku sang ibu sempat berbicara langsung kepadanya dan mengakuinya.
“Kalau ibu sadar, sempat bilang kalo ini ibumu,” ucap Niatus.
Niatus menceritakan perlakuan ayahnya kepadanya yang cuek seolah tak saling kenal tak memiliki ikatan.
Mendapati kenyataan itu, Niatus mengakui sempat merasakan perasaan kecewa.
Ia merasa hidup tidak adil baginya karena memiliki kekurangan fisik sebagai penyandag disabilitas.
“Di satu sisi saya sudah diuji dengan perbedaan fisik dengan orang normal, di sisi lain saya juga diuji tentang keluarga,” ungkap Niatus sembari menitikan air mata.
Sebagai seorang anak, tentu Niatus juga ingin disayangi dan dicintai seperti anak normal pada umumnya dari orangtua sendiri.
Meski begitu, Niatus berbesar hati untuk menunggu dan membuka pintu kehadiran orangtuanya tersebut.
“Sampai kapanpun akan ku tunggu kehadiran mereka, pintu ini selalu terbuka untuk mereka, tidak ada rasa dendam dan marah,” ungkapnya.
Di sisi lain, Niatus pun masih bersyukur karena kakek dan neneknya begitu ikhlas membesarkannya.
Ya, selama dibuang Niatus dirawat kakek dan neneknya, yang dulu sempat ia kira orangtuanya.
Ia bertahan hidup dengan kakek dan neneknya di rumah sederhana.
Melansir TribunJatim.com, sehari-hari kakeknya bekerja mencari nafkah sebagai penjual balon keliling.