Di wawancara riset saya di awal pandemi, Mbak Nunik bilang instagramnya hanya untuk main-main, namun ia mengakui punya tim khusus, terdiri dari fotografer, videografer, dan editor. Tim ini diambil dari kampung halamannya di Lampung Timur, sejak ia masih Bupati di sana. Satu-satu, mereka juga saya wawancara. Termasuk beberapa admin yang mengelola akun-akun medsosnya sejak pemenangan bupati Lamtim hingga pilkada cawagub.
Masa itu ia hanya concern di Facebook dan Instagram (belum era TikTok). Twitter ga terurus karena lupa password dan publik Lampung menurutnya ga pas dengan tujuan kampanye di Twitter (btw Twitter memang bukan sarana kampanye yang sedemikian yagesya, -penulis). Youtube dianggap terlalu banyak butuh sumber daya. Facebook kemudian ia tinggalkan karena banyak yang “nyampah” dan akhirnya ia hanya main medsos di instagram saja.
Mbak Nunik juga mengakui dia rajin memantau insight instagram, semacam statistik posting mana yang lebih disukai, mana yang garing, viewersnya usia berapa, dari mana saja, berapa proporsi viewers perempuan dibanding laki-laki, dan seterusnya.
Mampu membaca karakter segmen instagram, Mbak Nunik tak pernah posting yang terlalu serius. Jikapun momentumnya serius, ia tetap pastikan konten yang mengundang engagement dan ga krik krik. Misal acara formal membahas stunting, yang ia posting foto diri tersenyum lebar dengan caption: buat para jomblo, perhatikan gizi, ya, supaya ga stunting badan, juga hati.
Lebih lanjut, akun instagram itu bahkan dichannelkan untuk jadi jembatan komunikasi aduan-aduan masyarakat soal kondisi Lampung, lengkap dengan nomor hotline service.
Jadi walau katanya hanya main-main, tapi yang jeli akan mengaminkan bahwa di balik main-mainnya, instagram sejatinya ia seriusi sebagai sarana branding. Salah satu tokoh pers Lampung kala itu pernah bilang, “Jika pilkada Gubernur dilakukan hari ini, Nunik menang.”
Sebelumnya Mbak Nunik bertahan diterpa berbagai isu sejak masih anggota DPR RI dan Bupati Lamtim. Opponent-nya ketika itu lumayan galak, pake aksi demo segala. Semua medsosnya diserbu. Tapi ia bertahan. Begitu isu pemeriksaan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan jalan rusak yang disuarakan putra daerahnya berembus, ia berhenti posting. Bahkan tutup akun. Duh.