Dalam putusannya, ketua majelis hakim, Samsumar Hidayat, menyatakan bahwa terdakwa akan menjalankan hukuman penjara selama tiga bulan. Meskipun terdakwa dan para jemaat sempat melakukan mediasi, mengganggap hal ini sebagai meringankan hukuman. Jaksa penuntut umum, Samsi Talib, sebelumnya menuntut terdakwa dengan hukuman empat bulan penjara, namun PN Tanjungkarang memutuskan hukuman lebih ringan.
Reaksi dan Sikap Terdakwa
Atas putusan yang dijatuhkan oleh PN Tanjungkarang, jaksa penuntut umum dan terdakwa melalui penasihat hukumnya menyatakan akan memikirkan sikap selama tujuh hari ke depan. Ini menunjukkan bahwa pihak terdakwa sedang mempertimbangkan langkah selanjutnya setelah putusan tersebut.
Dampak dan Pembelajaran
Keputusan PN Tanjungkarang ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat tentang pentingnya menghormati kebebasan beribadah dan hak-hak agama. Kasus ini juga mengingatkan bahwa tindakan yang melebihi kewenangan dapat berdampak negatif pada lingkungan sekitar. Kegiatan mediasi juga menjadi penting untuk menghindari konflik dan mempromosikan pemahaman antarumat beragama.
Pertimbangan Hukum
Dalam konteks hukum Indonesia, tindakan pembubaran ibadah dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap Pasal 335 ayat (1) ke-1 KUHP. Pasal ini melarang tindakan yang mengganggu atau menghalangi kebebasan beribadah orang lain. Putusan PN Tanjungkarang mengkonfirmasi pentingnya menghormati kebebasan beragama dan menjaga harmoni di masyarakat.