Lato-Lato Salafy

0
117

Di Indonesia, keberadaan Salafy, tentu mudah ditebak. Awalnya mengikuti gerakan Salafy Jihad khususnya jihad di Afghanistan yang dikomando oleh CIA dengan tokohnya Osama Ben Ladin. Tak sedikit aktivis Islam Indonesia yang kemudian bergabung menjadi relawan. Setelah era peang dingin berakhir, beberapa Jihadis ini membentuk JI atau ada yang bertaubat kembali ke pangkuan Pancasila, setelah mengetahui bahwa mereka dimanfaatkan CIA untuk menghancurkan Uni Soviet.

Paska 1991, kehadiran Salafy Ilmiah marak. Ketika itu, Saudi Arabia membuka beasiswa besar-besaran kepada mahasiswa-mahasiswa dari Indonesia. Juga berinvestasi mendirikan kampus yang digandrungi warga Indonesia, karena gratis dan mendapatkan uang saku. Plus juru-juru dakwah yang diberikan fasilitas gaji murni puluhan juta dari Kedubes.

Baca Juga  Korea Utara Meluncurkan Smartphone Baru 'Samtaesong 8' dengan Desain Mirip Produk Samsung

Hasilnya, apa yang terjadi di Mesir di era Sadat dan era As-Sisi, terjadi pula di Indonesia. Salafy menjelma menjadi antitesa ormas-ormas Islam diIndonesia, baik NU, Muhammadiyah, Persis dan ormas-ormas lainnya. Pandangan Salafy kepada kaum awam Indonesia, tak jauh beda dengan pandangan Fathi Utsman Wakil Jamaah Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah di Mesir, “99 % umat Islam berada dalam kubangan Jahiliyah, baik dari segi amal, akidah, maupun akhlaknya.”

Hal yang paling sering dibahas adalah: “Bid’ah”. Tapi di era Joko Widodo, beberapa juru dakwah Salafy, kemudian hadir di acara-acara “khusus” kepolisian yang ketika itu, head to head dengan gerakan 212, FPI, HTI dan PKS yang sering dijuluki sebagai Ikhwanul Musliminnnya Indonesia. Beberapa juru dakwah Salafy, mengharamkan demonstrasi melawan pemerintah yang sah, bahkan menghalalkan darah (menghalalkan pembunuhan) terhadap demonstran.

Baca Juga  Apa Itu Roblox yang Dilarang Mendikdasmen?

Puncaknya pada peristiwa pembantaian Muslim di Gaza, Salafy yang awalnya Ilmiyah dengan slogan “Selamat dengan Manhaj Salaf”, namun kemudian sedikit banyak terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran Salafy Madkhali, yang memang anti-Jihad, di beberapa kesempatan pro Zionisme karena sangat anti terhadap gerakan perlawanan melawan penjajahan Israhell yang dikomando oleh HAMAS dan Jihad Islam.

Di titik ini, apa yang disampaikan MBS ada betulnya, bahwa Salafy adalah produk dari sekutu di masa perang dingin. Fungsinya untuk menghadang gerakan kebangkitan umat Islam melawan hegemoni sekutu CIA. Sedangkan CIA sendiri mengelola sumber daya aktivis Liberal, ProDem, LGBT, PostModernisme, yang sama-sama berfungsi menghadang gerakan kebangkitan umat.

Itulah lato-lato Salafy Madkhali. Dua bandul yang digerakkan CIA, tapi korbannya sama: umat yang ingin merdeka dari penjajahan.