Kukatakan Tidak maka Batas menjadi Jelas

0
8

Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini,15) sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!”16)
(Al-Baqarah [2]:35)
Begitu luasnya kebebasan yang Alloh anugrahkan kepada Makhluqnya yang bernama manusia, Namun Alloh juga tunjukkan juga batasnya dengan jelas.
Jika di Sorga Alloh hanya kasih satu batasan dengan tidak boleh mendekati pohon larangan yang oleh Iblis narasinya diubah dengan nama pohon keabadian (khuldi).
Setelah di dunia Alloh juga kasih keluasan kepada manusia dan hanya sedikit saja makanan yang dilarang/diharamkan
Begitulah manusia yang selalu merasa “lapar”.
Akal manusia selalu lapar dengan informasi dan pengetahuan, ruh manusia selalu “lapar” dengan kerinduan berjumpa denganNya, nafsu makan-minumnya selalu lapar dengan aneka ragam makanan dan minuman, nafsu kekuasaannya selalu haus dan meminta dipuaskan. Tak ketinggalan juga nafsu sexnya selalu bergelora menuntut orgasmenya; satu, dua, tiga, empat dan itu normal dan halal menurut syariat Alloh. Namun lagi-lagi jika akal-dan iman manusia tumpul kalah dengan hawa nafsunya, manusia kehilangan “kata tidak”, sehingga hilanglah semua batas. Ketika batas menjadi hilang maka akal menjadi liar, semua hal iya pikirkan. Jadilah dikatakannya Tuhan itu tidak ada, tuhan hanya ada jika kita pikirkan dia ada. Ketika nafsu berkuasa kehilangan batasnya maka menjadi liarlah syahwat kekuasan sehingga segala cara akan ditempuh demi tercapai dan langgengnya kekuasaan, begitu juga ketika nafsu makan-minum kehilangan batasnya semua akan dia makan yang penting bisa masuk ke dalam mulut-dan perutnya. Selanjutnya ketika nafsu sexnya kehilangan batas maka akan dilampiaskannya dengan berbagai macam cara, yang hewan pun tak akan melakukannya, maka muncullah istilah LGBT.

Baca Juga  Politik Sebagai Jalan Ibadah: Sarana Untuk Menegakkan Kebaikan dan Mencegah Kemungkaran

Oleh karena itu sangat penting mengajarkan dan mewariskan batasan ini kepada anak-anak dan generasi selanjutnya yaitu narasi “TIDAK/JANGAN”. Ku katakan Tidak maka batas menjadi jelas.
Sebagaimana kalimat tauhid “la ilaha illa Alloh” tidak ada tuhan selain Alloh.