“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati—semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.”
Telingamu—kan ditanya: apa yang kau dengar? Dari siapa? Dan untuk apa?
Matamu—akan ditanya: apa yang kau lihat? Apakah kau selidiki?
Hatimu—akan ditanya: kenapa begitu mudah berburuk sangka, padahal kau belum tahu kebenarannya?
Hari ini, satu potong ceramah bisa dipelintir menjadi hujatan.
Satu menit rekaman bisa menghancurkan kepercayaan.
Lalu kita ikut-ikutan menyebarkannya, menambahi komentar, menghakimi seolah kita tahu seluruh isi hatinya.
Padahal agama ini adalah agama tabayyun, agama kehati-hatian.
Kita diajarkan:
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti…”
(QS. Al-Hujurat: 6)
Bukan agama yang menelan informasi mentah-mentah.
Bukan agama yang melahirkan fitnah dari potongan.