“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu…” (HR. Hakim)
Hadis ini menegaskan bahwa masa muda itu modal emas. Bukan cuma untuk urusan pribadi, tapi juga untuk menjaga agama, bangsa, dan nilai-nilai luhur yang diwariskan.
Pemuda hari ini bisa menjaga Indonesia dari bahaya ideologi menyimpang dengan cara yang relevan: aktif di media sosial untuk menyebar konten positif, ikut komunitas dakwah kreatif, atau terlibat dalam kegiatan sosial yang bikin umat makin solid.
Kalau pemuda peka dan peduli, nggak ada ruang buat ideologi anti-Tuhan atau gerakan makar merusak NKRI. Tapi kalau pemuda cuek, di situlah celah musuh masuk.
Jadi, kuncinya: pemuda harus melek sejarah, kuat iman, dan aktif dalam dakwah. Dengan begitu, masa depan Indonesia tetap cerah dan terjaga.
Penutup
Peristiwa G30S memang pahit untuk dikenang. Tapi justru dari sanalah kita bisa belajar bahwa bangsa ini hanya bisa bertahan kalau rakyatnya bersatu, berpegang teguh pada nilai agama, dan saling menjaga.
Bagi umat Islam, tragedi itu jadi pengingat penting: jangan pernah kasih ruang pada ideologi yang menafikan Tuhan, jangan gampang terprovokasi, dan jangan biarkan perpecahan tumbuh di tengah masyarakat.
Kini, tugas kita bukan lagi mengangkat senjata, tapi mengangkat semangat dakwah persatuan. Dari masjid, majelis taklim, media sosial, sampai komunitas anak muda—semua bisa jadi panggung dakwah yang menguatkan iman sekaligus menjaga NKRI.
Kalau generasi muda bisa mengambil hikmah dari sejarah, insyaAllah bangsa ini nggak akan jatuh ke lubang yang sama. Dari Lubang Buaya, kita melangkah ke panggung dakwah, membawa pesan damai, persatuan, dan cinta tanah air.
Itulah cara terbaik menghormati para pahlawan yang gugur, sekaligus cara paling nyata menjaga masa depan Indonesia.
Oleh: H. Agus Mukhandar, M.Pd.I (Ketua Dewan Da’wah Kota Bandar Lampung dan Penyuluh Agama Islam Kota Bandar Lampung)