Manusia selalu menginginkan kemudahan, kesuksesan, kemuliaan, kehormatan, keamanan, ketenangan dan kenikmatan, kemudian manusia selalu mengupayakan hal tersebut selalu hadir dan wujud dalam kehidupannya.
Untuk itulah maka manusia selalu meningkatkan kemampuan Ilmu pengetahuan serta tehnologi dalam segala bidang kehidupan.
Ingin makan dan minum lebih nikmat diciptakannya berbagai bumbu, cara memasak, pengemasan dan cara menghidangkan dengan berbagai macam bentuk dan ragam. Ingin lebih cepat dalam bepergian dijinakkannya kuda, keledai, unta, kerbau dan sapi. Tak cukup sampai hanya menundukkan hewan ternak maka ditundukkannya pula angin dengan membuat kapal layar. Bahkan ditundukkannya juga besi dengan diciptakannya kapal mesin, pesawat terbang, motor dan mobil, bahkan juga kereta api.
Kemudian dalam menyampaikan dan menerima pesan dikirimkannya kurir, merasa lambat maka dituliskannya surat tak puas karena tak tentu hari menunggu balasan maka diciptakannya radio, telpon dan internet.
Ya begitulah manusia, bahkan diciptakannya pula rekayasa dalam bidang pertanian dan peternakan sehingga hasil lebih banyak, lebih berkwalitas dan lebih indah.
Apa yg manusia lakukan tersebut memang sudah menjadi Taqdir Alloh yang Maha Kuasa sebagai wujud kasih sayang Alloh dan sebagai pelengkap kesempurnaan manusia untuk melaksanakan tugas dari Yang Maha Kuasa. Sebgaimana Alloh firmankan dalam sarat ke 17 Al Isro ayat 70 yaitu: Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا ࣖ
Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
(Al-Isrā’ [17]:70)
Namun sering kali manusia lupa kepada Yang memberi kemudahan, Lupa kepada Sang Pencipta, lupa terhadap tugasnya .
Alloh kasih kekuasaan malah sombong dan lupa diri, kekuasaan digunakannya untuk menindas, bahkan membunuh kemanusiaan. Tercatat Abadi Nama-nama penindas Raja Namrud dari Babilonia, Raja Fir’aun dari Mesir, diikuti pula oleh generasi penerusnya seperti Hitler dari Jerman, Musolini dari Italia, dan di Era kini Benyamin Nyetan Nyahu dari Zionis Israel, dan para penguasa lain semacamnya.
Sesungguhnya Indonesia punya para tokoh yang patut dicatat dengan tinta emas dalam amanah kekuasan yaitu: Mr. As ‘At Presiden Republik Indonesia yg beribukota di Jogjakarta bersama 14 presiden Negar-negara bagian lainnya rela menyerahkan jabatan demi kembalinya NKRI dari RIS. Mr. Syafrudin Prawira Negara dengan lobi Pak Natsir akhirnya berbesar hati menyerahkan kembali Mandat Pejabat Presiden RI kepada Ir. Sukarno. M. Natsir dengan senang hati mengembalikan mandat Perdana Mentri kepada Presiden Sukarno karena berkali-kali sidang parlemen tidak kourum karena diboikot oleh PNI dkk.
Mr. Burhanudin Harahap dari Masyumi sebagai Perdana Mentri NKRI mampu menyelenggarakan Pemilu pertama kali denganJujur dan demokratis.
Sungguh para tokoh Indonesia tersebut patut menjadi teladan karena mereka memamdang bahwa jabatan adalah amanah yang mesti ditunaikan sebaik-baiknya, dan para tokoh seperti Mr. As’at, Mr. Syafrudin Prawira Negara, M. Natsir, dan Mr. Burhanudin Harahap adalah sangat mengerti tentang tujuan hidup yaitu hanya sebagai Hamba Alloh dan Khalifahnya di bumi, oleh karena itu tokoh bangsa tersebut patut dijadikan teladan dan tak berlebihan jika boleh kita katakan merekalah contoh nyata dari perwujudan Dasar Negara Pancasila, Indonesia.
Mereka sangat kokoh mengamalkan Sila pertama, ketaatan kepada Alloh dalam jiwa dan raga, dalam rumah tangga dan negara, sangat yakin ketaqwaan mereka yang memberikan energi kuwat untuk bersikap adil dan amanah. sehingga Tak ada tujuan lain bagi mereka dalam hidup selain Alloh, Tuhan Yang Maha Esa, dan tentunya 4 sila yang lain sudah pasti sangat mudah diwujudkan. Bolehlah kita tulis dalam kalimat pendek “Bersama-Mu Tak Pernah Buntu”, agregasi pemahaman kehidupan, keagamaan dan kebangsaan para tokoh tersebut.
K.H. Ansori, S.P.
Sekretaris Dewan Dakwah Lampung.
Anggota MUI Lampung, Komisi Dakwah.