Jakarta (30/09) — Serangan Israel terhadap wilayah Lebanon yang dilaporkan pada tanggal 30 September oleh Kementerian Kesehatan Lebanon telah mengakibatkan 1.640 orang tewas dan melukai lebih dari 8.408 orang. Di samping korban jiwa, lebih dari 1 juta orang juga terpaksa mengungsi akibat serangan tersebut.
Kondisi Warga Lebanon Pasca Serangan
Serangan yang terjadi ini telah menghancurkan infrastruktur penting di wilayah Lebanon, termasuk perumahan, sekolah, dan fasilitas publik lainnya. Warga yang selamat tidak hanya menghadapi ancaman fisik dari serangan lanjutan, tetapi juga harus menghadapi masalah logistik seperti kurangnya pasokan air bersih, listrik, dan layanan kesehatan.
Krisis Pengungsi dan Dampak Sosial
Lebih dari satu juta warga Lebanon telah mengungsi ke daerah yang lebih aman, menyebabkan terjadinya krisis pengungsi dalam skala besar. Krisis ini menimbulkan masalah baru seperti kebutuhan akan tempat tinggal, makanan, dan perlindungan bagi mereka yang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Reaksi Pemerintah Lebanon dan Bantuan Internasional
Pemerintah Lebanon telah mengupayakan berbagai langkah untuk menanggapi krisis ini, namun mereka menghadapi kendala besar. Komunitas internasional harus memberikan bantuan untuk mengurangi penderitaan warga sipil yang terkena dampak langsung dari konflik ini.
Pernyataan Sukamta: Kritik Terhadap Israel
Sukamta, Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Perlemen (BKSAP) DPR RI dari Fraksi PKS, menyatakan keprihatinan mendalam terhadap situasi yang dialami rakyat Lebanon sebagai tanggapan atas tragedi ini. Ia menegaskan bahwa tindakan Israel yang sering menargetkan sasaran sipil merupakan pelanggaran hukum internasional dan tidak bisa dibenarkan.
Serangan ke Sasaran Sipil
“Serangan Israel selama ini selalu menargetkan sasaran sipil, bangunan permukiman, sekolah, dan fasilitas umum lainnya,” ujar Sukamta. Ia juga menyebutkan bahwa tindakan ini mengingatkan pada serangan Israel di Gaza yang telah menghancurkan lebih dari 80% bangunan di wilayah tersebut, sehingga jutaan warga Gaza kehilangan tempat tinggal.
Kritik terhadap Dewan Keamanan PBB
Sukamta menyatakan kekecewaannya terhadap Dewan Keamanan PBB (DK PBB) yang, menurutnya, gagal menjalankan mandatnya untuk menciptakan perdamaian. “Sebagai organ internasional yang dianggap paling kuat, DK PBB seperti macan ompong di hadapan Israel,” imbuhnya.
Peran Amerika Serikat dalam Konflik Timur Tengah
Ia juga menyoroti peran Amerika Serikat dalam mendukung Israel baik dari sisi politik maupun ekonomi. Menurut Sukamta, dukungan Amerika Serikat tersebut telah memperburuk situasi di Timur Tengah.
Upaya untuk Mengatasi Krisis di Timur Tengah
Menghadapi meluasnya konflik di Timur Tengah, Sukamta memaparkan tiga langkah yang harus diambil komunitas internasional untuk menekan Israel.
1. Solidaritas Regional Timur Tengah
Negara-negara di Timur Tengah, menurut Sukamta, harus bersatu dalam memberikan dukungan kepada Palestina dan Lebanon. Salah satu langkah yang diusulkan adalah dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.
2. Pengakuan Penuh Palestina oleh PBB
Sukamta juga menekankan pentingnya pengesahan keanggotaan penuh Palestina di PBB sebagai langkah kunci untuk memperluas pengakuan internasional atas kedaulatan Palestina.
3. Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS)
Di tingkat global, Sukamta mendorong perluasan gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap produk, perusahaan, dan lembaga yang terkait dengan Israel. Gerakan ini diharapkan dapat memperkuat tekanan internasional terhadap Israel.