Dalam suatu perjalanan, untuk mengisi waktu saya membaca majalah yang tersedia dipesawat tersebut. Ada artikel menarik yakni tentang Lee Kwan Yew sebagai seorang inspiring leader. Diceritakan bagaimana dia melihat penderitaan warga pulau Singa saat masih bergantung bersama Malaysia dan narasi mimpinya bila Singapura menjadi negara merdeka dan berdaulat.
Setelah membaca artikel tesebut saya merenung hingga batin saya berkata, bukankah apa yang dilakukan oleh Lee Kwan Yew telah dilakukan oleh Rasulullah Saw, 15 abad yang lalu?
Bahkan lebih hebat lagi, karena Rasulullah Saw tidak berubah gaya hidupnya sampai akhir hayat dan juga tidak menitipkan anak atau menantunya untuk menjadi pemimpin selanjutnya. Sebagaimana Lee Kwan Yew menitipkan BG. Lee, putranya, untuk menjadi PM selanjutnya setelah Goh Chok Tong.
Pemimpin yang inspiratif (inspiring leader) adalah seseorang yang (1), kehadirannya dirindukan karena (2)memiliki integritas, (3) mampu memotivasi dan (4) menginspirasi orang lain untuk mengoptimalkan potensi mereka.
Apakah seseorang adalah inspiring leader atau bukan secara sederhana dapat dilihat dari apakah kehadiran dinantikan dan dirindukan ataukah kehadirannya dihindari.
Dirindukan karena:
1). Visioner
2). Memotivasi
3). Menginspirasi
4). Memberi contoh teladan.
5). Menjadi mentor.
6). Berintegritas
Pemimpin yang Menginspirasi:
1).Visioner:
Sebelum hijrah Rasulullah Saw memberikan gambaran kepada penduduk yatsrib (Madinah) tentang Islam dan bagaimana Madinah dimasa depan, salah satunya membangun perdamaian dengan mengakhiri perang Buats antara dua suku besar, Aus dan Khazraj, yang sudah berlangsung selama hampir 100 tahun.
Sehingga sehingga visi ini mencuri perhatian penduduk Madinah untuk memeluk Islam dan bersiap menyambut hijrahnya nabi Muhammad Saw.
Padahal pada waktu itu, penduduk Madinah sudah sempat bersepakat mengangkat Abdullah bin Ubay dari kaum Khazraj sebagai pemimpin Madinah.
Narasi tentang Madinah setelah Islam inilah yang disebut visioner.
2). Memotivasi
Memotivasi adalah dorongan internal/eksternal untuk melakukan sesuatu.
Banyak orang menyampaikan memotivasi dengan menginspirasi. Tetapi sesungguhnya berbeda.
Banyak hadits atau sabda nabi Saw yang memotivasi umat untuk berlomba meningkatkan amal kebajikan. Misalnya,
“Menunjukkan seseorang kepada jalan hidayah lebih baik dari pada onta merah”.
“Dua rekaat sebelum subuh lebih baik dari dunia dan seluruh isinya”.
“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau mau, sia-siakanlah pintu itu, atau jagalah.”
3). Menginspirasi
Menginspirasi adalah membuat seseorang (orang lain) merasa ter-ilhami yang akhirnya memicu minat untuk melakukan kreativitas.
Misalnya, tentang jaminan surga dari nabi untuk umatnya yang menjadi pasukan pertama yang berperang di lautan.
Ini menginspirasi Muawiyah bin Abu Sufyan untuk membangun pasukan AL. Dan menginspirasi Abu Ayub al Anshari untuk ikut didalamnya padahal usianya sudah 90 tahun.
Juga nubuat nabi Saw tentang penaklukan Byzantium atau Romawi yang disebutnya sebagai pasukan terbaik dan pemimpin nya sebagai sebaik-baik pemimpin.
Hadits nubuat ini menginspirasi Muhammad al Fatih dan para pendahulunya (bahkan sejak Muawiyah) untuk menaklukkan konstantinopel, ibu kota Byzantium.
4). Teladan, Uswatun Hasanah:
Rasulullah Saw adalah pemimpin yang selalu memberi contoh nyata dalam tindakan dan perilaku, sehingga memberikan inspirasi bagi umatnya. Beliau bahkan teladan dalam segala hal, sebagai apapun. Bagi kita, umat Islam, ini adalah jaminan Allah dalam al Quran.
“Wainnaka la ‘ala khuluqin ‘adzim..”. (Al qolam: 4)
Juga ayat 21 Al Ahzab, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…”
Kata Aisyah ra, kaana khuluquhul quran, Akhlak beliau adalah al Quran.
5). Mentor/Murabi
Beda antara mubaligh dengan murabi adalah Mubaligh sudah cukup hanya dengan menyampaikan informasi atau ilmu. Dan itu sesuai dengan namanya. Sedangkan murabi dimulai dari menyampaikan ilmu/informasi sampai difahami, membimbing dan membantunya sampai bisa. Jadi tiga aspek pengajaran (afektif, kognitif dan psikomotorik) dilakukan semuanya oleh murabi.
Sebagaimana firman Allah dalam surat al Jumu’ah, 2:
هُوَ ٱلَّذِی بَعَثَ فِی ٱلۡأُمِّیِّـۧنَ رَسُولࣰا مِّنۡهُمۡ یَتۡلُوا۟ عَلَیۡهِمۡ ءَایَـٰتِهِۦ وَیُزَكِّیهِمۡ وَیُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبۡلُ لَفِی ضَلَـٰلࣲ مُّبِینࣲ
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang (1) membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, (2) mensucikan jiwa mereka dan (3) mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.
6). Berintegritas
Berintegritas berarti seseorang bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang diyakininya, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Integritas mencerminkan konsistensi antara apa yang diyakini dengan apa yang dilakukan, serta kejujuran dan tanggung jawab dalam setiap tindakan.
Beliau, nabi Saw adalah orang yang paling berintegritas. Misalnya ketika beliau berdoa: “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, wafatkanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku bersama golongan orang-orang miskin pada hari kiamat.”
Dalam hidupnya, meskipun beliau memiliki hak 1/5 harta rampasan perang, tetapi beliau tidak menyimpannya untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Semuanya segera habis dibagikan, dan beliau tetap berperilaku hidup seperti orang miskin.
Integritas, motivator dan inspirator serta keteladanan nabi Saw sampai hari dan yang akan datang menjadikannya sosok pribadi yang dirindukan dan dikagumi oleh kawan (pengikut) dan lawannya.
Wallahu a’lam bi shawab,
(Gaf)