Bandar Lampung – Diskusi publik yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (Unila) mengalami kendala serius akibat dugaan penolakan terhadap kehadiran Rocky Gerung di kampus.
Dalam diskusi bertema ‘Menatap Indonesia Maju: Tantangan Masa Depan Global dan Middle-Income Trap’, beberapa ahli akan diundang untuk berbagi wawasan mereka.
Muhammad Reza Pratama, Ketua BEM FEB Unila, mengonfirmasi larangan tersebut berasal dari kampus, tepatnya dari Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Muslimin.
“Kami dipanggil oleh Wakil Dekan III, dan beliau melarang kami untuk menyelenggarakan diskusi di dalam lingkungan kampus,” ujar Reza.
Panggilan ini terjadi setelah Reza dan anggota BEM lainnya menyebarkan pamflet tentang diskusi publik dengan daftar pembicara, termasuk Rocky Gerung.
“Dikatakan bahwa hal ini bisa mengganggu kondusivitas kampus. Saya sudah berkomunikasi dengan Wakil Dekan III selama sebulan, namun beliau sangat menentang dengan alasan perbedaan pandangan politik,” tambah Reza.
Meskipun acara ini dijadwalkan berlangsung besok dan telah mendapatkan jumlah peserta yang memadai, serta memiliki izin untuk menggunakan gedung, namun, keputusan untuk membatalkan kegiatan ini datang dari pihak dekan.
“Rektor meminta untuk membatalkan kegiatan ini karena Rocky Gerung memiliki konflik dengan Pak Jokowi,” jelasnya.
Reza menyatakan bahwa BEM akan terus berusaha agar kegiatan ini tetap berjalan, meskipun lokasinya nantinya mungkin diluar kampus.
“Sikap pihak kampus, baik di tingkat fakultas maupun universitas, yang tidak memperbolehkan Rocky Gerung masuk kampus sangat disayangkan. Sebagai salah satu pembicara, pengamat politik tersebut seharusnya mendapatkan tempat di sini,” pungkasnya.
Ketua BEM FEB Unila juga menyampaikan keprihatinannya terhadap keputusan kampus yang dianggap sebagai intervensi dan intimidasi terhadap hak kebebasan mahasiswa.