Oleh : Zainudin Hasan,SH,MH
Suntan Ratu Yang Tuan
Komisaris Utama wawaimedia.com
Dalam masyarakat adat Lampung tumbai hingga saat ini bagi yang masih memegang teguh adat istiadat dan prosesi dikenal istilah Bekadu. Bekadu adalah bujang (meranai) memberikan hadiah atau buah tangan kepada (muli) gadis yang ia sukai atau yang akan dinikahinya dengan makanan berupa kue-kue, alat makan, daging-dagingan baik daging kerbau, sapi, kambing atau ayam kerumah. Apabila meranai memberikan daging seperti daging kerbau atau daging sapi, meranai lampung pada jaman dulu biasanya memberikan daging berupa kepala kerbau atau kepala sapi. Namun saat ini bagi yang masih bertahan dalam tradisi bekadu biasanya cukup dengan memberikan berupa daging atau makan-makanan lain yang dibawa pada saat meranai berkunjung kerumah Muli.
Bekadu merupakan salah satu proses dari beberapa proses yang dilewati bagi muli meranai Lampung dalam proses menjalin hubungan perkenalan atau bahkan yang telah serius dan akan melangsungkan kejenjang pernikahan. Bekadu merupakan tradisi adat Lampung tumbai pra pernikahan selain Nindai, Nyubuk, dan Nyirok sebagai bentuk kesungguhan dan kemantapan hati meranai kepada muli yang ia pilih untuk menjadi calon istrinya. Bentuk pemberian yang diberikan dalam bekadu biasanya bukan berbentuk barang seperti cincin, gelang, kalung, perhiasan atau barang lainnya yang tak habis dipakai, akan tetapi berupa makanan yang habis dibagi-bagi atau habis dimakan karena akan dihidangkan untuk bisa dimakan secara bersama-sama oleh keluarga dan tetangga sekitar kampung.
Waktu untuk bekadu tidak ada waktu khusus, pastinya bekadu merupakan salah satu proses ketika bujang gadis saling mengenal sehingga dapat diberikan kapan saja tergantung pada kesiapan dan kesediaan meranai, bekadu pun bukan suatu kewajiban bagi meranai karena bekadu hanyalah salah satu bentuk ungkapan rasa suka atau rasa cinta meranai kepada muli pujaannya dengan cara memberikan sesuatu untuk dimakan bersama-sama. Makanan yang diberikan oleh meranai kemudian disajikan dirumah kediaman si gadis dengan mengundang (ngurau) keluarga dan para tetangga yang ada disekitar kampung. Berdasarkan kebiasaan bekadu lebih sering dilakukan pada malam hari yakni pada saat meranai berkunjung ke rumah keluarga muli, selain itu bekadu juga jamak dilakukan oleh meranai lampung kepada muli pujaannya ketika akan menjelang lebaran atau hari raya.
Biasanya pada saat pelaksanaan bekadu inilah meranai Nuwik Muli, Nuwik adalah kalimat sindiran berupa kalimat pertanyaan meranai kepada muli sebagai bentuk keseriusan dirinya untuk menikahi si muli seperti contoh dengan kalimat : Api dek, sekira umur jagung api umur pari? (bagaimana dek, apakah seumur jagung apa seumur padi?), derian ni kak masak api pagun kembutik? (Duriannya udah mateng apa masih mentah?), atau kalimat lain dimana dari kalimat sindiran tersebut si muli akan mengerti dan memberikan jawaban dengan kalimat seperti : seumur jagung, atau seumur padi, lagi berbunga, baru tumbuh dan sebagainya yang menggambarkan sampai dimana kesiapan si muli untuk dilamar atau menikah dengan meranai, sehingga meranai akan pulang dengan mempersiapkan segala sesuatu sesuai dengan waktu yang telah diperkiraan.
Selain bekadu kerumah gadis bekadu juga dapat dilakukan pada saat acara muli meranai sedang berlangsung seperti pada saat acara canggot, hanya saja karena sifatnya biasanya makanan yang diberikan pada saat canggot adalah makanan yang siap dimakan langsung atau istilah yang dipakai anak zaman sekarang adalah mentraktir seperti dengan memberikan beberapa peti teh botol, puluhan mangkok bakso, soto atau makanan lainnya untuk diberikan kepada semua yang hadir dengan diumumkan bahwa pemberian makanan ini merupakan pemberian meranai fulan sebagai bentuk bekadunya kepada muli fulanah. Sebenarnya makanan yang diberikan oleh meranai bukanlah semata-mata diberikan atau ditujukan kepada muli pujaannya saja tetapi juga diberikan kepada keluarga, kerabat dekat dan tetangga sekitar sehingga sejatinya hubungan baik dan kedekatan yang terjalin bukan hanya antara bujang dan gadis itu saja namun antara bujang dengan keluarga besar dan kerabat serta tetangga yang ada di kampung si gadis.
Akhirnya, bekadu adalah salah satu dari tradisi masyarakat lampung tumbai yang saat ini sudah mulai ditinggalkan dan dilupakan oleh anak-anak muda lampung. Hikmah atau nilai yang bisa didapat dari tradisi bekadu adalah sebagai bentuk kesungguhan dan kemantapan hati dari meranai terhadap muli pujaan hatinya yang akan dijadikan calon istri selain sebagai sarana untuk mengenal lebih dekat keluarga juga sebagai bentuk berbagi kepada sesama dan mempererat ukhuwah persaudaraan antara tetangga.
Waalahualam bisshawab.