Oleh : Zainudin Hasan,SH,MH
Suntan Ratu Yang Tuan
Komisaris Utama wawaimedia.com
Selain menanam padi, jagung, dan kacang-kacangan yang lazim kegiatan penanamannya dilahan kering oleh orang lampung disebut dengan istilah Nugal. Ada pula sektor pertanian yang prosesnya dilakukan diatas lahan kering dengan cara penanaman secara tradisional yaitu berkebun lada. Berkebun atau dalam bahasa lampung behuma lada merupakan salah satu mata pencarian petani tradisional yang sudah mulai jarang ditemui di lampung terlebih lagi dengan metode penanaman secara tradisional. Berikut ini adalah proses-proses yang akan dilakukan petani yang akan berkebun lada mulai dari sebelum dilakukan penanaman lada sampai dilakukan proses memanen hasil.
Pertama kali yang dilakukan oleh petani yang akan berkebun lada setelah penyiapan lahan adalah membuat Tanjing atau Nanjing. Nanjing adalah proses membuat patok dari sebilah bambu berukuran sedang dengan menggunakan tali sehingga membentuk sudut 90 derajat ke arah barat hingga selatan dengan ukuran panjang 240 centi meter per patok atau pertanjing dengan jarak masing-masing sekira dua meter sampai luas kebun telah penuh atau selesai. Setelah pemasangan tanjing selesai, kegiatan selanjutnya adalah Ngeliang, Ngeliang adalah membuat lubang dengan menggali tanah sesuai dengan letak tanjing dengan diameter masing-masing kurang lebih 10 centi meter. Setelah ngeliang selesai kemudian dilakukan proses Najar, yaitu melakukan proses penanaman pohon cekering krui atau pohon randu sebagai inang tempat merambatnya lada kelak. Penanaman dahan pohon ini membutuhkan waktu sekira dua tahun menunggu batang tumbuh dengan baik, agar batang inang bisa ditanami bibit lada. Sementara petani menunggu dua tahun tersebut disekitar bakal tanaman lada terlebih dahulu dapat ditanam jagung, cabai atau terong sebagai tanaman campur sari sebelum lada ditanam.
Setelah melewati masa dua tahun selesai atau kira-kira pohon cekering krui atau randu telah dianggap cukup baik untuk perambatan lada, kemudian pada tiap batang inang digali dengan kedalaman sekira 25 centi meter dengan arah galian ke utara atau ke selatan, tujuan dari penggalian arah utara selatan agar nanti sepanjang hari tanaman lada bisa disinari cahaya matahari yang cukup. Bibit lada yang telah siap diambil dari sulur atau jelor lada yang telah berumur lima sampai dengan tujuh tahun, pengambilin dilakukan dengan sulur dengan tujuh ruas. Setiap batang rambat ditanami dua sulur. Penanaman sulur harus menghadapkan kedua mata tumbuh pada kedua sulur dengan tujuan saat keduanya tumbuh maka akan saling bersaing sehingga tunas bisa lurus ke atas.
Sepanjang proses penanaman hingga perawatan tanaman lada dilakukan proses pengecekan pada setiap tanaman secara berkala, apabila ada bibit tanaman lada yang mati segera dilakukan penyulaman yaitu menanam kembali tanaman lada pada bulan januari. Dalam proses behuma lada secara konvensional ini tidak ada proses perawatan hama, hanya saja kebun lada harus bersih dari gulma dengan cara di jukuk dan pembersihan dengan cara ngeranting atau merapikan ranting-ranting pohon agar tidak lembab. Selain itu, petani biasanya membuat rorax atau reruk berupa lubang diantara batang-batang lada yaitu sekira sepuluh meter untuk mengurangi kelembapan tanah saat musim hujan dan saat musim kemarau digunakan sebagai tempat pembakaran sampah tanaman dan daun lada (Nuruk).
Setiap setahun sekali dilakukan kegiatan munggom, munggom atau meranting adalah proses membersihkan ranting-ranting pada pohon cekring krui dan randu yang merupakan inang tempat merambatnya lada. Jika batang lada tidak menempel pada kayu maka batang tanaman yang atas di potong agar tumbuh tunas yang banyak dengan harapan semakin banyak tunas baru yang menempel.
Biasanya sesuai perkiraan atau perhitungan pada sekira bulan november sampai bulan januari akan muncul candik lada atau Nyandik (bakal buah lada) dan akan dilakukan mutil atau panen pada bulan juli sampai agustus. Tanda buah lada siap panen adalah buah lada telah mulai menguning kemerah-merahan. Saat panen dimulai terlebih dahulu diawali dengan istilah ngelandap yaitu memetik buah di bagian bawah tanpa menggunakan tangga. Adapun buah-buah lada yang telah dipetik dimasukkan kedalam wadah yang disebut kecandang sebelum akhirnya dikumpulkan untuk kemudian dilakukan penggilasan.
Sebagaimana ciri khas masyarakat adat yang komunalistik, gotong royong, dan kekeluargaan Panen lada tersebut biasanya dilakukan dengan proses sakai sambayan, yaitu gotong royong masyarakat dalam umbul atau tiyuh sekitar huma sehingga proses panen raya dapat diselesaikan dengan cepat dan penuh rasa kekeluargaan. Dahulu proses panen lada atau mutil lada di huma lazim dilakukan oleh muli meranai secara bersama-sama, namun saat ini muli meranai lampung sudah sangat jarang sekali melakukan aktifitas hal tersebut. Mutil lada saat ini lebih banyak dilakukan oleh pekerja atau petani yang diupah atau dengan sistem bagi hasil dengan pemilik huma.
Setelah panen selesai dan terkumpul dilakukan proses penggilasan dengan penggilas yang terbuat dari anyaman bambu berdiameter setengah centi meter dengam ukuran 2×2 meter kemudian dibuatkan tiang penyangga setinggi 1,25 meter. Selesai penggilasan maka lada kemudian dijemur dibawah terik matahari menggunakan sulan dari bahan tikai atau rumbai. Selanjutnya, lada di ampar dengan ketebalan satu sampai dua centi meter, di bolak-balik menggunakan alat yang disebut pengayar. Penjemuran dilakukan sampai kering dengan tanda tanda biji lada menghitam, saat digigit pecah dan berbunyi “kratas”. Penggilasan dan penjemuran ini beriringan dengan pemetikan buah lada (mutil lada) bagian atas dengan menggunakan anak tangga yang terbuat dari kayu dan bambu dan telah disiapkan sekitar satu bulan sebelum panen dilaksanakan.
Disclaimer:
Tata cara berkebun orang lampung tersebut adalah tata cara orang lampung berkebun zaman dahulu sebelum teknologi maju seperti saat ini.