Keluarga adalah madrasah pertama bagi seorang anak. Dari rumah, seorang anak mengenal nilai, akhlak, dan arah hidupnya. Namun di era digital saat ini, banyak keluarga Muslim yang secara tidak sadar mulai menjauh dari Al-Qur’an. Gawai, media sosial, dan kesibukan duniawi sering kali menyita waktu yang seharusnya diisi dengan interaksi ruhani bersama wahyu Allah.
Padahal, Al-Qur’an bukan sekadar kitab suci yang dibaca saat ibadah ritual, tetapi cahaya kehidupan yang seharusnya menerangi setiap sudut rumah tangga Muslim. Allah ﷻ berfirman:
“Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang ada) di dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(QS. Yunus: 57)
Kesadaran inilah yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan Parenting Qur’ani dengan tema “Agar Al-Qur’an Menerangi Kehidupan”, sebuah program pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Daarul Amin, Natar, Lampung Selatan. Kegiatan ini ditujukan bagi para orang tua wali santri agar mampu membangun keluarga yang dekat dengan Al-Qur’an di tengah tantangan zaman.
Orang Tua sebagai Penjaga Cahaya Al-Qur’an
Dalam Islam, orang tua memiliki amanah besar untuk menjaga fitrah anak-anaknya. Pendidikan Al-Qur’an tidak dapat sepenuhnya diserahkan kepada lembaga pendidikan atau pesantren. Rumah tetap menjadi benteng utama. Keteladanan orang tua dalam membaca, mencintai, dan mengamalkan Al-Qur’an akan jauh lebih berpengaruh daripada sekadar nasihat lisan.
Melalui kegiatan parenting ini, para orang tua diajak menyadari bahwa membangun keluarga Qur’ani dimulai dari hal-hal sederhana: menyediakan waktu khusus untuk tilawah bersama, membiasakan dzikir di rumah, serta menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan persoalan keluarga.
Lima Tahapan Interaksi dengan Al-Qur’an
Dalam kajian tersebut ditekankan bahwa interaksi seorang Muslim dengan Al-Qur’an memiliki beberapa tingkatan penting:
-
Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an adalah pintu awal interaksi dengan wahyu. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi orang yang membacanya.”
(HR. Muslim) -
Mentadabburi Al-Qur’an
Al-Qur’an tidak cukup dibaca, tetapi harus direnungi maknanya. Tadabbur membuat ayat-ayat Allah hidup dalam hati, menggerakkan jiwa untuk berubah dan memperbaiki diri. -
Menghafal Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur’an adalah kemuliaan besar. Hati yang diisi hafalan Al-Qur’an akan lebih terjaga dari maksiat dan lebih dekat kepada Allah. -
Mengamalkan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah pedoman hidup. Membaca dan memahami tanpa mengamalkan ibarat pohon tanpa buah. Nilai-nilai Al-Qur’an harus tercermin dalam akhlak, sikap, dan perbuatan sehari-hari. -
Mengajarkan Al-Qur’an
Tingkatan tertinggi adalah menyampaikan dan mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain, dimulai dari keluarga sendiri. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari)
Dampak Nyata dalam Kehidupan Keluarga
Hasil dari kegiatan parenting Qur’ani ini menunjukkan perubahan yang menggembirakan. Para orang tua semakin sadar akan pentingnya menciptakan lingkungan rumah yang kondusif bagi interaksi dengan Al-Qur’an. Muncul komitmen bersama untuk meluangkan waktu khusus bersama Al-Qur’an, mendampingi anak dalam menghafal, serta menumbuhkan kecintaan kepada Al-Qur’an tanpa paksaan.
Selain itu, kegiatan ini juga mempererat ukhuwah antara wali santri, guru, dan masyarakat. Terbangun kesadaran kolektif bahwa keberhasilan pendidikan anak—terutama dalam menghafal dan mengamalkan Al-Qur’an—adalah hasil kerja bersama antara pesantren dan keluarga.
Menjadikan Al-Qur’an sebagai Cahaya Sepanjang Hayat
Al-Qur’an adalah cahaya yang tidak akan pernah redup. Namun cahaya itu hanya akan menerangi kehidupan mereka yang mau mendekat dan berinteraksi dengannya. Melalui penguatan peran orang tua dan pembiasaan Qur’ani di rumah, diharapkan lahir generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kokoh iman dan akhlaknya.
Semoga setiap rumah Muslim menjadi rumah yang bercahaya oleh Al-Qur’an, dan setiap keluarga menjadi keluarga yang berjalan di bawah petunjuk Allah ﷻ—menuju kebahagiaan dunia dan keselamatan akhirat.
Oleh : Muhammad Khumaidi
