JAKARTA — Sorot lampu panggung, denting gamelan, dan suara dalang yang mengalun malam itu di Lapangan Parkir Timur Kantor DPTP PKS, Jumat (8/8/2025), menjadi latar dari sebuah penampilan yang tak biasa.
Di antara deretan sinden yang biasanya diisi wajah-wajah senior, muncul sosok muda dengan senyum tulus dan suara yang merdu. Savia, sinden cilik berusia 16 tahun.
Acara bertajuk Pagelaran Rakyat Wayang Kulit ini digelar dalam rangka Sosialisasi 4 Pilar MPR RI. Namun, di balik pesan kebangsaan yang dibawakan, ada cerita inspiratif dari seorang remaja yang baru setahun menekuni dunia sinden.
“Aku menggeluti dunia sinden sejak setahun lalu. Motivasi aku terjun ke dunia seni budaya, khususnya menjadi sinden dalam pagelaran wayang, adalah untuk melestarikan seni budaya,” ujar Savia dengan mata berbinar.
Bagi Savia, menjadi sinden bukan sekadar menembang lagu-lagu Jawa di panggung. Lebih dari itu, ia memaknai perannya sebagai bagian dari upaya menjaga warisan leluhur agar tetap hidup di tengah gempuran budaya modern.
Yang membuat kisahnya semakin bermakna, Savia adalah penyandang disabilitas, ia juga memberi pesan penuh semangat untuk teman-teman disabilitas.
“Jangan menyerah. Gali potensi kalian karena kita semua punya potensi yang bisa dikembangkan. Terus berkarya,” ucapnya tegas.
Sepanjang malam, suara Savia mengiringi lakon wayang yang dibawakan dalang, menghipnotis ratusan pasang mata dan telinga penonton.
Di usia yang masih belia, ia membuktikan bahwa dedikasi dan kecintaan pada budaya dapat lahir dari generasi muda dan mampu membangkitkan harapan bahwa seni tradisi akan terus lestari.
Pagelaran rakyat malam itu mungkin hanya berlangsung beberapa jam, tetapi jejak semangat yang ditinggalkan Savia akan lama tersimpan di hati penonton. (AJP)