Di padang mahsyar kelak, Rasulullah ﷺ akan merasa bangga dengan banyaknya umat yang mengikutinya. Sebagaimana sabda beliau:
“…Sesungguhnya aku akan berbangga dengan banyaknya umatku di hadapan para nabi pada hari kiamat.”
(HR. Abu Dawud)
Namun, kebanggaan itu tidak semata-mata diukur dari jumlah, melainkan dari kualitas iman, akhlak, dan ketaatan umatnya kepada Al-Qur’an. Di sinilah kegelisahan besar umat Islam hari ini bermula.
Indonesia dikenal sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Akan tetapi, berbagai data menunjukkan ironi yang memprihatinkan. Masih banyak umat Islam yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, bahkan belum menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Fenomena degradasi moral, maraknya korupsi, judi online, narkoba, kriminalitas, serta lunturnya semangat ibadah menjadi tanda bahwa umat sedang menjauh dari cahaya wahyu.
Al-Qur’an: Bukan Sekadar Dibaca, Tapi Diamalkan
Al-Qur’an diturunkan bukan hanya untuk dilantunkan, tetapi untuk dipahami, dihayati, dan diamalkan. Ia adalah petunjuk hidup yang menyentuh seluruh aspek kehidupan: akidah, ibadah, akhlak, sosial, hingga etika bermasyarakat. Allah ﷻ berfirman:
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah: 2)
Namun, bagaimana mungkin Al-Qur’an menjadi petunjuk jika umatnya tidak memahami maknanya? Karena itulah, upaya memasyarakatkan kajian Al-Qur’an menjadi sangat penting, khususnya di ruang-ruang publik yang strategis seperti rumah sakit, tempat kerja, dan lingkungan sosial umat.
Majelis Tafsir Juz Amma: Ikhtiar Mengembalikan Umat kepada Al-Qur’an
Salah satu ikhtiar nyata dalam menghidupkan Al-Qur’an adalah melalui Majelis Kajian Tafsir Juz Amma yang diselenggarakan di Masjid Al-Mulk RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, Bandar Lampung. Kegiatan ini menjadi ruang belajar bersama bagi para pegawai dan jamaah untuk mengenal pesan-pesan ilahi secara lebih mendalam.
Juz Amma dipilih karena berisi surat-surat pendek yang akrab dibaca dalam shalat, namun sering kali belum dipahami maknanya. Melalui kajian tafsir yang sistematis, peserta diajak menelusuri pesan akidah, peringatan akhirat, nilai keadilan, kejujuran, kesabaran, serta tanggung jawab moral yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
Kajian ini tidak hanya berupa ceramah satu arah, tetapi dikemas dengan diskusi, tanya jawab, tadabbur, serta refleksi kehidupan sehari-hari—khususnya dalam konteks dunia kerja dan pelayanan kemanusiaan di rumah sakit.
Dampak Spiritual dan Sosial yang Terasa Nyata
Pelaksanaan kajian tafsir ini memberikan dampak yang signifikan. Peserta merasakan peningkatan pemahaman terhadap isi Al-Qur’an dan tumbuhnya kesadaran untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai Juz Amma mulai tercermin dalam sikap kerja, interaksi sosial, dan kepekaan terhadap sesama.
Selain itu, majelis ini juga memperkuat ukhuwah Islamiyah. Kebersamaan dalam belajar Al-Qur’an menumbuhkan semangat saling mengingatkan dalam kebaikan, menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis, serta menghadirkan nuansa spiritual yang menenangkan jiwa.
Lebih dari itu, muncul komitmen bersama untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan utama dalam menjalani kehidupan—bukan hanya di masjid, tetapi juga di ruang kerja, keluarga, dan masyarakat.
Menjadi Umat yang Membanggakan Rasulullah ﷺ
Kajian tafsir Al-Qur’an adalah bagian dari upaya melahirkan umat yang tidak hanya banyak secara jumlah, tetapi juga mulia secara akhlak dan kuat dalam iman. Dengan kembali kepada Al-Qur’an, umat Islam diharapkan mampu menghadirkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin di tengah tantangan zaman.
Semoga majelis-majelis Al-Qur’an terus tumbuh dan hidup di tengah masyarakat, menjadi cahaya yang membimbing umat menuju kehidupan yang lebih bermakna—di dunia dan di akhirat.
