Natar – Komisi I DPR RI berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menghelat “Ngobras: Literasi Digital untuk Pemilu Aman dan Berkualitas”.
Acara diadakan Kamis, 8/2/2024, di aula Kemendagri Pemerintahan Desa Natar, Lampung Selatan.
Acara ini merupakan hasil kerja sama antara Komisi I DPR RI dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), yang bertujuan untuk membahas bagaimana literasi digital dapat meningkatkan partisipasi publik, khususnya dari kalangan perempuan, dalam kehidupan sosial berbangsa dan bernegara.
Pembicara acara ini terdiri dari berbagai tokoh, antara lain Almuzzammil Yusuf (anggota Komisi I DPR RI), Nurul Hidayati (Ketua Umum Badan Musyawarah Islam Wanita Indonesia (BMIWI), dan Muhammad Hadi Pranowo (praktisi teknologi informasi).
Hadir pula para tokoh agama dan rombongan PSHT Pringsewu untuk memberikan pandangan dari berbagai perspektif.
Semuel Abrijani Pengerepan, Dirjen Aptika Kominfo, berbicara tentang literasi digital dalam konteks percepatan transformasi digital di Indonesia. Ia menyampaikan, pandemi covid-19 telah mempercepat penggunaan teknologi digital, dan jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat.
Namun, ia juga menyadari risiko yang dibawa oleh penggunaan teknologi, termasuk konten negatif.
Semuel menekankan pentingnya literasi digital dalam memanfaatkan teknologi secara produktif. Ia mengakui bahwa gerakan literasi digital masih perlu ditingkatkan, dan tugas bersama kita adalah membekali masyarakat dengan kemampuan literasi digital agar siap menghadapi transformasi digital nasional.
Dirjen Aptika Kominfo juga mengapresiasi kolaborasi yang baik dalam menyelenggarakan program literasi digital, termasuk pelatihan berbasis kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital. Program ini telah berhasil menjangkau lebih dari 12 juta masyarakat di seluruh Indonesia.
Semuel berharap kegiatan ini dapat mendorong terciptanya masyarakat digital baru yang lebih berkualitas dan siap membantu mewujudkan Indonesia digital. Ia mengakhiri sambutannya dengan harapan agar tuhan yang maha esa menyertai kita dalam memajukan Indonesia melalui literasi digital.
Almuzzammil Yusuf menyampaikan pesan tentang pentingnya literasi digital dalam meningkatkan partisipasi publik, khususnya dari kalangan perempuan, dalam kehidupan sosial yang berbangsa dan bernegara.
Almuzzammil menjelaskan bahwa literasi digital sangat penting bagi ibu-ibu agar mereka mampu memanfaatkan lingkungan digital dengan bijaksana untuk kepentingan keluarga dan pendidikan anak-anak.
Almuzzammil membahas berbagai aspek yang dipengaruhi oleh literasi digital, seperti pendidikan, ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Ia menegaskan, hampir semua aspek kehidupan dapat terbuka melalui akses digital, mulai dari belajar, berbisnis, hingga berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Pemerintah, kata Almuzzammil, telah berupaya membangun infrastruktur digital, seperti peningkatan akses internet di daerah terpencil melalui pengadaan 35 satelit. Hal ini bertujuan agar masyarakat di seluruh Indonesia dapat terkoneksi dengan dunia digital.
Selain itu, Almuzzammil membahas tentang literasi digital dalam konteks politik, termasuk peraturan KPU yang mengatur tentang penggunaan media sosial selama pemilu. Beliau menekankan pentingnya pemahaman yang baik terhadap literasi digital dalam memastikan proses demokrasi yang bersih dan adil.
Almuzzammil mengajak seluruh peserta untuk memilih pemimpin yang mampu mewujudkan cita-cita bangsa, dengan mempertimbangkan keahlian dan integritas calon pemimpin tersebut.
Sementara itu, Nurul Hidayati berbicara tentang pentingnya literasi digital dalam meningkatkan partisipasi publik, khususnya perempuan, dalam kehidupan sosial berbangsa dan bernegara.
Nurul Hidayati mengajak untuk mengambil waktu saat ini untuk memahami era digital di mana kita hidup. Dia menyoroti betapa teknologi digital telah menjadi fokus utama dalam kehidupan kita, memungkinkan akses dan penyebaran informasi dengan cepat.
Namun, selain manfaatnya, Nurul juga menyoroti dampak negatif dari konsumsi konten digital yang tidak sesuai, terutama terhadap anak-anak. Dia membahas perjuangan melawan konten pornografi dan upaya untuk melindungi anak-anak dari paparan yang tidak pantas.
Nurul juga menegaskan pentingnya literasi digital untuk memahami konsekuensi dan mengarahkan penggunaan teknologi secara bijaksana, terutama dalam keluarga. Dia mengungkapkan keprihatinan atas penggunaan teknologi yang berlebihan dan tidak sehat, serta pentingnya membatasi waktu dan konten yang diakses, terutama bagi anak-anak.
Dalam pembahasan yang lebih luas, ia mengaitkan literasi digital dengan pendidikan moral dan nilai-nilai keluarga yang kuat.
Dia menyoroti bahaya dari ketidakseimbangan dalam penggunaan teknologi dan mengajak untuk membangun harmoni dalam keluarga serta komunikasi yang efektif.
M. Hadi Pranowo membahas tentang pentingnya memahami keamanan digital dalam mendukung partisipasi publik, terutama perempuan, dalam kehidupan sosial yang berbangsa dan bernegara.
Dalam paparannya, Hadi mengawali dengan menyoroti perbedaan antara dunia digital dan dunia nyata, serta pentingnya mengoptimalkan kebijakan pemerintah dalam menjaga keamanan daring.
Dia menggarisbawahi bahwa dunia digital bukan hanya sebatas penggunaan gadget, tetapi melibatkan tiga unsur utama, yakni orang, proses, dan teknologi.
Hadi kemudian menguraikan beberapa tantangan terkait keamanan digital, seperti pemalsuan data, pemindahan foto tanpa izin, dan ancaman cyber crime seperti phising dan penipuan online.
Dia juga menyoroti pentingnya kesadaran akan keamanan data pribadi, seperti KTP dan alamat, serta bahaya pemalsuan identitas online.
Selain itu, Hadi memberikan beberapa tips untuk mengamankan diri di dunia digital, antara lain dengan menghentikan aksi saat menerima pesan atau tawaran yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, memblokir situs-situs porno secara aktif, dan mengatur penggunaan DNS dan VPN pada perangkat.
Terakhir, Hadi mengajak untuk membangun kesadaran dan kewaspadaan dalam menggunakan teknologi digital, terutama dalam menjaga keamanan dan privasi data pribadi.
Dia menegaskan pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak-anak tentang penggunaan yang bertanggung jawab dan aman dalam dunia digital.
Hadi memberikan wawasan yang penting tentang bagaimana literasi digital dapat meningkatkan partisipasi publik, khususnya perempuan, dalam kehidupan sosial yang modern dan berbasis teknologi.
Acara ini diakhiri bahwa literasi digital memegang peranan penting dalam mempersiapkan generasi masa depan yang siap menghadapi tantangan dan peluang di era digital.
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta diharapkan dapat terus ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan literasi digital di semua lapisan masyarakat. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi negara digital yang berkualitas dan inklusif bagi semua warganya.